Kamis, 11 Juni 2015

Batik Warna Alam

Tren hidup ramah lingkungan menghampiri pula perajin batik. Beberapa perajin pun mulai menggunakan bahan-bahan alami sebagai pewarna batik.

Bagaimana membedakan batik dengan pewarna alami dan buatan?  Kain bermotif batik yang menggunakan pewarna alami akan terlihat berbeda dengan yang menggunakan pewarna buatan.Warna alam cenderung tidak terang, lebih lembut, untuk membuat warna yang terang dengan bahan-bahan yang alami. Kecuali warna biru, masih bisa dibuat dengan jelas.

Pembuatan batik tulis dengan pewarna alami biasanya menggunakan kayu tegeran dan kayu nangka untuk warna kuning,  merah agak coklat dari kulit pohon mahoni, biru dari daun indigo, kulit buah jelawe atau mahoni untuk cokelat, dan hijau dari daun mangga.



Gua Sentono

Gua Sentono merupakan sekumpulan gua kecil yang berdekatan di satu lereng bukit. Mulut gua-gua tersebut menghadap ke arah barat. Pada gua di paling utara, terdapat arca lingga-yoni. Pada dinding gua tersebut terpahat relief Durga Mahesasuramardhini, Mahakala, Agastya, dan Nandiswara. Ukuran gua cukup kecil, yaitu sekitar 3 x 3 meter. 


Pada gua (lebih tepat disebut ceruk) di selatan gua pertama, terdapat arca lingga dan relief dewa. Sedangkan gua di arah paling selatan tidak terdapat arca lingga-yoni, melainkan di dinding gua terpahat sebuah ukiran dan terdapat ceruk di dasar gua. Ukuran gua ini mirip dengan gua pertama. Dari hasil observasi tersebut, Gua Sentono merupakan tempat pemujaan bagi umat Hindu. Kami tidak berlama-lama disana, karena cuaca hari itu yang cukup panas dan kami harus segera melanjutkan perjalanan ke Candi Abang.

Gua Jepang

Gua Jepang ini merupakan peninggalan dari tentara jepang pada tahun 1942-1945. Konon gua disana mencapai 15 buah gua, akan tetapi kini hanya tinggal 4 buah yang terurus dan 2 lainnya kurang begitu terurus. Dulu gua ini difungsikan sebagi untuk penyimpanan bahan atau alat-alat senjata jepang.Goa Jepang di Berbah ini letaknya begitu dekat dengan rumah warga. Jadi tidak terlihat kesan angker sebenarnya, ini dikarenakan warga setempat ada yang bertugas membersihkan. Terdapat 4 goa yang berjejeran disini, kalau di Goa Sentono 3 goa yang tidak dalam, disini rata-rata dalam. Mungkin lebih dari 10 meter dalam setiap goanya.

Candi Abang

Candi Abang adalah candi Hindu yang berada tidak jauh dari Candi Banyunibo dan Candi Barong, yaitu di dusun Candiabang, kelurahan Jogotirto, kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta, tidak jauh dari bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi yang berbentuk seperti piramid ini dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batubata yang berwarna merah (abang dalam bahasa Jawa), dan diperkirakan mempunyai umur yang lebih muda dari candi-candi Hindu lainnya.



Bentuk candi ini berupa segi empat dengan ukuran 36 m x 34 meter, sekarang banyak ditumbuhi rerumputan sehingga dari jauh nampak mirip seperti gundukan tanah atau bukit kecil. Pada waktu pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni lambang dewa Siwa berbentuk segidelapan (tidak berbentuk segi empat, seperti biasanya) dengan sisi berukuran 15 cm. Beberapa orang menganggap Candi Abang merupakan tempat penyimpanan harta karun pada zaman dahulu kala, oleh karena itu sering dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab (pada bulan November 2002, misalnya) yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga.

Lava Bantal


Tempat yang kali ini bisa dipilih adalah dimulai dari Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya, di bibir Sungai Opak. Spot ini menjadi pintu gerbang memulai petualangan ke masa 60 juta tahun lalu. Kejutan pertama dari kunjungan ke masa lalu adalah temuan dari bongkahan batu besar berwarna hitam mengilat di bibir sungai yang strukturnya menyerupai bantal. Batu ini merupakan penanda dari masa lalu. Memang, batu tersebut awalnya merupakan lava cair bersuhu tinggi hasil erupsi gunung api yang membeku cepat karena air, hingga membentuk gumpalan menyerupai bantal. Lava bantal (pillow lava) yang tersingkap oleh gerusan aliran Sungai Opak merupakan fenomena alam yang menarik dan penting. Sebagai bukti yang menunjukkan proses awal pembentukan gunung api purba pertama di Jawa.

Batuan ini hanya bisa ditemui di beberapa tempat di bagian selatan Jawa. Selain di Berbah, temuan serupa bisa diperoleh di Bayat Klaten, Pacitan di Jawa Timur, dan Jampang yang masuk wilayah Provinsi Jawa Barat. Menurut para ahli bebatuan, gunung api purba dulu berada di bawah laut. Jadi awalnya merupakan dasar laut dan lava bantal berfungsi sebagai penopangnya. Bebatuan berlapis-lapis berwarna putih keabu-abuan terang yang berada di sisi seberang sungai hasil endapan debu vulkanis dari erupsi gunung api strato (kerucut). Lapisan debu vulkanis yang tebal ini menandai periode masa kejayaan gunung api purba 36 juta tahun lalu. Situs batuan beku yang berdampingan dengan endapan debu vulkanik pada tepian Kali Opak adalah tujuan pertama. Di kalangan ilmuwan, fenomena geologi yang berada di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman ini dikenal dengan sebutan Lava Bantal Berbah. Disebut lava bantal (pillow lava), karena bentukan geometrinya yang menyerupai bantal. Lava bantal terbentuk dari lava hasil erupsi lelehan yang berkontak langsung dengan massa air, bisa di laut atau danau. Pembekuan yang berlangsung cepat menyebabkan mineral-mineralnya tak terbentuk dengan baik dan membentuk geometri serupa bantal.

Keindahan Alam Desa Jogotirto

Desa yang berada di ujung timur Kecamatan Berbah ini ternyata punya aneka potensi wisata  terpendam. Ada lava bantal, gua Jepang, gua Sentono Rejo, dan Candi Abang. Tidak hanya itu, desa ini juga punya kerajinan batik tulis yang khas. Keberadaan lava bantal sempat membuat tertarik Gubernur DIJ HB X. Bersama Bupati Sleman Sri Purnomo, HB X datang langsung meninjau ke lokasi. Lava bantal diperkirakan muncul pada masa tersier lebih dari dua juta tahun yang lalu. Lava bantal terbentuk dari terobosan magma di lingkungan air. Karena berada di lingkungan air, terobosan magma ini tidak membentuk gunung api, tetapi menjadi batu yang memiliki tekstur yang khas.


Cerita seputar lava bantal dan aneka potensi wisata di desanya itu diungkapkan Maryadi di depan sejumlah dosen dari  Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) yang datang ke desanya. Berbagai potensi itu, lanjut Maryadi, menjadi bekal untuk mengembangkan Jogotirto sebagai desa wisata. Selain potensi alam dan cagar budayanya, ia menyebutkan kerajinan batik tulis juga berkembang di Dusun Karongan. Itu menjadi daya pikat tersendiri. Batik tulis itu merupakan kerajinan yang dikembangkan ibu-ibu rumah tangga dusun setempat. Keberadaan batik tulis khas Jogotirto itulah yang mengundang perhatian beberapa staf pengajar UTY yang tergabung di program studi manajemen, fakultas bisnis dan teknologi informasi. “Batik tulis di Dusun Karongan telah berlangsung sekitar 10 tahun,” ucap seorang tokoh masyarakat Desa Jogotirto Suwipro Widodo.


Dusun Karongan berpenduduk sekitar 250  kepala keluarga (KK). Dusun ini berada di jantung desa. Di dusun itulah Balai Desa Jogotirto berdiri. Letak dusun ini juga tak jauh dengan gua Jepang, situs Gua Sentonorejo, maupun Candi Abang. Kerajian batik  dapat menjadi industri rumah tangga  yang diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga, ujar  Ristianawati Dwi Utami. Ristianawati adalah dosen UTY yang memimpin  tim IbM batik tulis dan turun ke Dusun Karongan. Selama penyelenggaraan pelatihan, ia melihat minat kelompok ibu rumah tangga belajar membuat batik tulis layak diapresiasi.